2008-10-24

siamang ma ek

Nagari Ma Ek terletak di bagian Barat Laut Kabupaten Lima Puluh Kota, tepatnya di dalam Kecamatan Bukik Bulek. Nagari ini diduga telah berumur panjang dan sudah mulai berkembang sejak zaman purbakala. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya beberaopa situs kepurbakalaan di nagari Ma Ek. Antara lain adalah peninggalan benda budaya masa purba berupa Batu-batu besar yang berkembang 2.500 Sm, pada masa tumbuh dan berkembangannya Megalithikum.

Benda budaya berupa batua Megalith tersebut ditemukan di jorong Ronah, Koto Tinggi dalam jumlah yang banyak sampai ratusan. Kemudian di jorong Ampang Godang.

Penggalian atau ekskavasi terhadap batu tegak yang bersusun tersebut pernah dilakukan oleh Drs. Sukendar, seorang arkeolog dari Depdiknas Jakarta tahun 1998. Pada salah satu lubang yang dibuat dibawah Menhir tersebut ditemukan sesosok mayat manusia dalam ukuran normal serta beberapa bekal kubur berupa keramik, manik-manik dan arang.

Batuan tersebut berupa batu besar

2008-10-22

PDRI 1948-1949 DI LIMA PULUH KOTA




JANGAN HILANGKAN SEJARAH.

Apa jadinya Republik Indonesia, jika PDRI tidak ada ???

Apa jadinya Republik Indonesia, jika Sjafruddin Prawiranegara tidak mau kembali atau mengembalikan mandat Presiden/Wakil Presiden (Soekarno/Hatta); sekalipun mandat untuk menjalankan pemerintahan, selama kedua pemimpin bangsa itu ditawan tentara Belanda tidak pernah samapi ke tangan Sjafruddin.

Hal ini terungkap dalam Khutbah shalat Idul Fitri yang disampaikan KH.Ismail Hasan SH yang sengaja datang ke VII Koto untuk berhari raya bersama masyarakat.

Memang sulit dibayangkan apa yang akan terjadi


Siapapun boleh tidak simpati dan tidak setuju terhadap perilaku seseorang atau beberapa orang pemimpin, tetapi jangan sampai menghilangkan jasa dan pengorbanan masyarakat selama masa perjuangan merebut dan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Terutama semasa Perang Kemerdekaan I dan II

Uraian peristiwa perundingan yang berjalan sangat alot di rumah Kak Jawa ( Jawahir) di Padang Japang yang beralangsung semalam suntuk namun tidak mencapai kata sepakat antara utusan Soekarno/Hatta yakni M. Nasir Dt. Sinaro bersama Leimendan , Agus Yaman; dengan delegasi PDRI yang dipimpin langsung oleh Sjafruddin Prawiranegara. Namun setelah malam berganti siang tanggal 7 Juli 1949 Sjafruddin menyatakan persetujuannya setelah terus dibujuk M. Natsir. Hal ini disampaikanKH.Ismail Hasan SH, bertindak sebagai khatib shalat Idul Fitri 1 Syawal 1429 H. di lapangan bola kaki Koto Kociak, Kenagarian TujuahKoto, Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota. Bertepatan dengan tgl 1 Oktober 2008.
Di tempat shalat Idul Adha di lapangan sepaknpla Koto Kociak itu, rombongan Sjafruddin yang hendak berangkat ke Jogjakarta menyampaikan kata-kata perpisahan kepada rakyat pejuang dan seluruh lapisan masyarakat. Mereka Pamit.
Semasa perang kemerdekaan II tersebut, termasuk segala bentuk kegiatan perajuangan yang dilakukan PDRI, tidak dapat dihitung lagi jumlah pengoirbanan masyarakat demi Indonesia Merdeka, mulai dari hilangnya rasa aman; nasi bungkus, rumah dibakar anak,orang tua dan remaja yang ikut berjuang mengoirbankan nyawanya demi Republik.
Sekalipun seluruh pengorbanan itu dilakukan dengan ikhlas. Tetapi tidak dapat diungkapkan oleh para pejuang yang tersisa saat ini " APA SIH PENGHARGAAN NEGARA UNTUK MEMBALAS PENGORBANAN RAKYAT ITU ?;
JANGANKAN MEMBERIKAN PENGHARGAAN DAN TANDA-TANDA KEPAHLAWANAN, IKUT HADIR MEMPERINGATI HARI-HARI BERSEJARAH TERHADAP KELANGSUNGAN REPUBLIK INDONESIA ITU, TIDAK ADA DILAKUKAN PEMERINTAH RI, "
Apalah artinya penetapan hari Bela Negara tanggal 19 Desember; hari ditawannya Presiden dan Wakil Presiden RI oleh Belanda atau hari digempurnya Jogjakarta dan Bukittinggi oleh Belanda ?. Bila dibandingkan dengan pengorbanan nyawa, dan harta benda rakyat saat itu tidak arti apa-apa. Hari tanggal 19 Desember tersebut PDRI belum ada, PDRI bersama susunan pemerintahannya baru diumumkan ( diproklamirkan ) di Halaban Lima Puluh Kota tanggal 22 Desember.

.

2008-10-07

NAGARI PURBAKALA MA EK

" BUKIK POSUAK " gunung tembus, sebuah keajaiban alam yang ada di nagari aek, Kecamatan Bukik Barisan Kab. Lema Puluh Kota, Sumbar Indonesia. Nagari Maek merukan kawasan yang sudah dihuni manusia sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari ditemukannya prasasti dan situs-situs kepurbakalaan di kawasan ini.
Situs Megalithik berupa batu-batu besar ditemukan di daerah Ronah Koto Tinggi di nagari Maek ini, yang jumlahnya ratusan yang tersusun dalam pola tertentu. Salah satu kaki Menhir tersebut pernah digali Arkeolog Sukendar dan menemukan sesosok mayat purba dan beberapa benda budaya dan bekal kubur di dalamnya. Pola penempatan mayat jelas tidak menurut penguburan orang beragama Islam.