MINYAK MANIH UWA-RIH
Jauh sebelum Indonesia Merdeka Kenagarian Tujuah Koto telah dikenal sebagai produsen berbagai jenis makanan kecil dan usaha-usaha kerajinan disamping kegiatan pertanian dan perkebunan. Diantara makanan yang cukup pepuler pada masa itu adalah; Ompiang, makanan kecil terbuat dari beras ketan ( Puluk );di jorong Koto Kociak; Paniaram di jorong Padang Jopang; Kueh Mueh di Tanjuang Jati; Keajinan bambu berupaKibang di jorong Sipingai. Disamping itu hampir bisa ditemukan di setiap jorong ada " baruang-baruang tanak" (pabrik) minyak manih. Hasil produksinya dikenal dengan nama Minyak Manih Talago .
Minyak manih atau minyak untuk menggoreng makanan tersebut memiliki keunggulan dengan aromanya yang khas, untuk penyedap makanan, malah dapat disimpan lebih lama. Akhir-akhir ini kalah bersaing dengan telah membanjirnya minyak kelapa sawit; hingga kini yang bertahan hidup salah satunya berada di jorong Koto Kociak, yang dikenal dengan nama Minyak Uwa Rih. Diusahakan oleh Risman anak nagari Tujuah Koto asal jorong Tanjuang Jati yang kawin dengan puteri Congkong Koto Kociak.
Produksi sampingan atau ikutan dari kegiatan menanak minyak manih itu adalah " Cirik Minyak "; ampas sisa perasan santan kelapa yang telkah menjadi minyak makan. Nailai jual Cirik Minyak itu jauh lebih mahal harganya dari Minyak dari penjulan Minyak itu sendiri. Dewasa ini harganya Rp.25.000 per kilogram. Cirik Minyak itu digunakan sebagai penyedap makanan dan juga penambah dedeak rendang daging, serta berabagai jenis bumbu masak lainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar