Padang Japang ; adalah nama sebuah jorong di Kenagarian Tujuah Koto Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berada di bagian Utara Kab. Lima Puluh Kota, atau sekitar 13 Km dari Ibukota Kabupaten " Sarilomak".
Saya dilahirkan dan dibesarkan orang tua saya di desa (jorong) ini. Sebelum meneruskan pendidikan ke Payakumbuh dan Padang. Masa kecil saya banyak habis di daerah ini bersama--teman- teman sebaya. Banyak kenangan di daerah pedesaan yang damai dan ramah ini. Air hitam dan Tanjuang Mambua terletak di bagian hilir ( Timur ) jorong Padang Japang, Tujuah Koto, Kecamatan Guguak, Kab.Lima Puluh Kota.
Kawasan rumah orang tua saya berada di "Pokan Kalilawea" ( pasar kampret), karena diramaikan di sore hari menjelang magrib. Di Pokan Kalilawea ini, bukan pasar "klewer Yogya " ada Parik Godang, benteng pertahanan Tuanku nan Biru semasa perang Paderi. Benteng berupa parit tanah yang ditinggikan sekitar 4 Meter ini, membentang dari Mambua sampai ke Ketinggian melewati "Padang Toruang Asam dan Solok Datuak Panjang Lidah.
Disinilah saya dilahirkan bulan Januari tahun 1952. Sampai menamatkan SD Negeri di Padang Japang dan SMP Negeri di Dangung-Dangung, saya tinggal bersama orang tua saya, ayah Abdullah, Ibu Lawiyah; Kakak tertua Hayati- suaminya tentara Lettu TNI Mansyur dan kakak saya laki-laki bernama Muchlis. Isterinya bernama Dalwina tinggal di jorong Ampang Godang, masih dalam Kenagarian Tujuah Koto. Setelah tamat SMP saya melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG ) di Payakumbuh dan Kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Olah Raga (STO) negeri di Padang. Di jorong Padang Japang ini masyarakatnya berada dalam komunitas pendidikan. Banyak sekolah di Jorong Padang ini. Mulai dari Sekolah Taman Kanak-kanak ( STK), Tsnawiyah, Aliyah negeri, satu pagar dengan rumah orang tua saya. Malah tanah tempat sekolah ini berdiri, berasal dari persukuan ( clan ) saya " Bendang ". Disamping masih ada lembaga Pendidikan Agama yang seudah terkenal sejak zaman Belanda ; "Darul Funun El Abasyiah "; lokasinaya di baruah ( lembah ) Puncak Bakuang.
Di Tebing Puncak Bakuang juga ada lembaga pendidikan khusus untuk perempuan " Nahdatun Nisaiyah " , masih bagian dari manajemen pendidikan Darul Funun. Masih dalam jorong Padang Japang berdekatan dengan SD Negeri No.2 Talago di Padang Japang adalagi lembaga Pendidikan Guru Agama ( PGA ) di kawasan Pokan Sinoyan, kini berganti nama dengan "Aliman Syolihah ".
Dulu semasa Pra Kemerdekaan gedung sekolah PGA tersebut menjadi pusat kegiatan pemuda BPPI, seterusnya menjadi pusat pengkaderan PSII. Pernah dikunjungi oleh Aruji Kartawinata semasa perjuangan kemerdekaan.
Ke Selatan dari Pokan Sinoyan, ada pula lokasi sekolah di Tobek Godang, masih dalam jorong Padang terdapat kompleks pendidikan bernama " Tarbiyah Islamiyah ".
Pada zaman Belanda hingga terjadinya peristiwa PRRI, tahun 1959-1960; kedua perguruan agama yang memberikan pendidikan agama islam tersebut banyak didatangi murid dari luar daerah Sumatera Barat; seperti Kerinci, Bengkulu, Jambi, Siak, Tapanuli dan malah ada yang datang belajar dari Malaka. Namun setelah tahun 1960-an murid-murid dari luar daerah, seiring denngan meninggalnya beberapa guru yang potensial, dan kekurangan biaya pendidikan sempat sekolah itu tidak melakukan kegiatan apa-apa.
Namun seaja lima tahun terakkhir, baik Darul Funun maupun Tarbiyah sudah giat kembali setelah menerima bantuan dari para donatur.
Sementara itu di Pokan Kalilawea, Tsanawiyah dan Aliyah negeri sudah sangat lancar melaksanakan pendidikan dengan bantuan penuh dari Departemen Agama.
Kawasan rumah orang tua saya berada di "Pokan Kalilawea" ( pasar kampret), karena diramaikan di sore hari menjelang magrib. Di Pokan Kalilawea ini, bukan pasar "klewer Yogya " ada Parik Godang, benteng pertahanan Tuanku nan Biru semasa perang Paderi. Benteng berupa parit tanah yang ditinggikan sekitar 4 Meter ini, membentang dari Mambua sampai ke Ketinggian melewati "Padang Toruang Asam dan Solok Datuak Panjang Lidah.
Disinilah saya dilahirkan bulan Januari tahun 1952. Sampai menamatkan SD Negeri di Padang Japang dan SMP Negeri di Dangung-Dangung, saya tinggal bersama orang tua saya, ayah Abdullah, Ibu Lawiyah; Kakak tertua Hayati- suaminya tentara Lettu TNI Mansyur dan kakak saya laki-laki bernama Muchlis. Isterinya bernama Dalwina tinggal di jorong Ampang Godang, masih dalam Kenagarian Tujuah Koto. Setelah tamat SMP saya melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG ) di Payakumbuh dan Kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Olah Raga (STO) negeri di Padang. Di jorong Padang Japang ini masyarakatnya berada dalam komunitas pendidikan. Banyak sekolah di Jorong Padang ini. Mulai dari Sekolah Taman Kanak-kanak ( STK), Tsnawiyah, Aliyah negeri, satu pagar dengan rumah orang tua saya. Malah tanah tempat sekolah ini berdiri, berasal dari persukuan ( clan ) saya " Bendang ". Disamping masih ada lembaga Pendidikan Agama yang seudah terkenal sejak zaman Belanda ; "Darul Funun El Abasyiah "; lokasinaya di baruah ( lembah ) Puncak Bakuang.
Di Tebing Puncak Bakuang juga ada lembaga pendidikan khusus untuk perempuan " Nahdatun Nisaiyah " , masih bagian dari manajemen pendidikan Darul Funun. Masih dalam jorong Padang Japang berdekatan dengan SD Negeri No.2 Talago di Padang Japang adalagi lembaga Pendidikan Guru Agama ( PGA ) di kawasan Pokan Sinoyan, kini berganti nama dengan "Aliman Syolihah ".
Dulu semasa Pra Kemerdekaan gedung sekolah PGA tersebut menjadi pusat kegiatan pemuda BPPI, seterusnya menjadi pusat pengkaderan PSII. Pernah dikunjungi oleh Aruji Kartawinata semasa perjuangan kemerdekaan.
Ke Selatan dari Pokan Sinoyan, ada pula lokasi sekolah di Tobek Godang, masih dalam jorong Padang terdapat kompleks pendidikan bernama " Tarbiyah Islamiyah ".
Pada zaman Belanda hingga terjadinya peristiwa PRRI, tahun 1959-1960; kedua perguruan agama yang memberikan pendidikan agama islam tersebut banyak didatangi murid dari luar daerah Sumatera Barat; seperti Kerinci, Bengkulu, Jambi, Siak, Tapanuli dan malah ada yang datang belajar dari Malaka. Namun setelah tahun 1960-an murid-murid dari luar daerah, seiring denngan meninggalnya beberapa guru yang potensial, dan kekurangan biaya pendidikan sempat sekolah itu tidak melakukan kegiatan apa-apa.
Namun seaja lima tahun terakkhir, baik Darul Funun maupun Tarbiyah sudah giat kembali setelah menerima bantuan dari para donatur.
Sementara itu di Pokan Kalilawea, Tsanawiyah dan Aliyah negeri sudah sangat lancar melaksanakan pendidikan dengan bantuan penuh dari Departemen Agama.
Makam Syech Abbas Abdullah dan Syech Mustapa Abdullah
Syech Abbas Abdullah, salah seorang pelaku pembaruan pendidikan di Sumatera Barat. Ia membawa perubahan pola pendidikan surau " Halaqah " ke sistem pendidikan "Klasikal". Setelah pulang dari menunaikan haji di Mekah, ia melakukan study banding ke Universitas Al Azhar di Mesir dan sesampai di Indonesia ia mengunjungi beberapa pesantren di pulau Jawa. Setelah sampai di Padang Japang kembali Abbas Abdullah, ia melakukan perobahan dan pembaruan manajemen sekolah sesuai dengan konsep pembaruan sistem pendidikan dan kurikulum yang dilhatnya Universitas Al Azhar tersebut untuk diterapkan di Darul Funun dan Nahdatun Nisaiyah.
Sewaktu perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI Abbas Abdullah diangkat menjadi " Imam Jihad " di Sumatera Tengah. Dalam pergerakan ia melepas anak didik ( santri) dan keluarganya untuk ikut berperang dan maju ke medan tempur melawan Belanda sekitar 1948-49, malah fasilitasnya sekolah Darul Funun dan Nahdah sering digunakan para pejuang RI yang bermarkas di Pokan Sinoyan Padang Jopang.
Salah seorang ankanya yang aktif sebagai militer hingga kemderakaan diperoleh dan bergabung aktif sebagai militer adalah Letnan Azhari Abbas, lulusan pendidikan perwira (Kadet) KDMST di Bukitinggi. Pangkat terakhir adalay Mayor TNI.
Bangunan Gedung sekolah (Pesantren )
" DARUL FUNUN EL ABBASYIYAH"
yang terbengkalai di Baruah Puncak Bakuang Padang Jopang.
Menunggu Bantuan Donatur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar